Harry Syafutera (13709251056)
PM C
Pascasarjana UNY Pendidikan Matematika
Logika, Perasaan dan Takdir
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος
(logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu
disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu
pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata
logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Menurut wikipedia,perasaan yang asal
katanya dari bahasa inggris adalah sensasi fisik yang datang melalui rangsangan
fisik dan sensasi yang jauh dari sentuhan (non fisik).Sedangkan ada yang
mengatakan bahwa perasaan itu adalah keadaan sadar yang dihasilkan dari
emosi,sentimen,atau keinginan. Sedangkan menurut istilahnya,perasaan yaitu
keadaan(state) yang ada pada individu atau organisme pada sesuatu waktu. Misal
seseorang sedih,senang,takut,dan sebagainya ketika melihat,mendengar,atau
merasakan sesuatu. Jadi kesimpulannya ,perasaan adalah suatu keadaan kejiwaan
pada organisme atau individu sebagai akibat dari adanya peristiwa atau persepsi
(pandangan atau penilaian) yang dialami oleh organisme.
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam
raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya, baik itu mengenai kadar atau
ukurannya, tempat, maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi
di alam raya ini ada takdirnya, termasuk manusia.
Dalam hidup,
manusia tak bisa lepas dari yg namanya logika dan perasaan. Semua pasti punya
dua hal itu. Logika yang biasanya merupakan hasil dari pemikiran otak/akal,
lebih mudah diterima nalar. Sering pula dianalogikan dengan hal-hal yg simpel.
Ini sedikit bertolak belakang dengan perasaan. Perasaan itu berasal dari hati
yg terkadang sulit diterima nalar bahkan sulit juga mengibaratkannya.
Tentunya kita
pernah ada di suatu situasi dimana logika dan perasaan kita saling bertentangan?
Lalu apa yg akan kita lakukan untuk mengatasinya? itu merupakan posisi yg
dilematis. Di satu sisi logika kita mengatakan A. Tapi di sisi lain, perasaan
kita mengatakan B. Jika ini terjadi, tentunya kita dituntut untuk bisa bersikap
sebijak mungkin. Mengambil jalan tengah di antara keduanya. Jalan berdasarkan
logika yang bilang A tanpa harus membohongi diri sendiri bahwa perasaan kita
udah bilang B. Atau lebih mempertimbangkan kira-kira mana yg paling kuat,
logika atau perasaan. Memang rumit, tapi itu adalah pilihan. Jadi semuanya
kembali ke kita sendiri.
Manusia memang diwajibkan ikhtiar untuk
memperoleh yang diinginkannya. Namun hasil akhir tentunya hanya Allah yang
menentukan. Kita selalu berharap bahwa takdir yang terjadi adalah sesuai
dengan keinginan kita. Namun kenyataan tidaklah selalu demikian, karena ilmu
kita sebagai manusia terbatas, dibanding ilmu Allah yang Maha Luas. Tekadang,
sehebat apapun logika kita, selalu ada celah kesalahan, dan seringkali itu baru
kita ketahui di kemudian hari. Lalu, bagaimana jika logika kita selalu kalah
dengan takdir yang Allah berikan? Apakah kita lantas putus asa karena kita
merasa bahwa ikhtiar yang kita lakukan adalah sia-sia karena toh hasil akhir
tidak sesuai dengan rencana.
Sebetulnya, Allah tidak terlalu mempedulikan
apakah ikhtiar yang kita lakukan itu berbuah manis atau pahit. Yang penting
bagi Allah adalah niat awal yang lurus dan proses yang dilakukan sesuai dengan
syariat-Nya. Bisa jadi hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan adalah
ujian yang diberikan Allah agar iman kita semakin bertambah (atau malah
turun??). Dan Allah ingin iman kita bertambah naik, karena kita tidak mungkin
dibebani hal2 yang di luar kemampuan kita. Nah, sekarang masalahnya, bagimana
jika hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan itu menimbulkan trauma di
hati manusia? Karena kita adalah manusia biasa yang punya perasaan, bisa jadi
ada hal2 yang (tampaknya) buruk mampu membekas di hati kita dan mampun menurunkan
semangat kita.
Sebetulnya, kita harus selalu mengambil
pelajaran atas semua yang terjadi pada diri kita. Ilmu yang kita dapatkan tidak
selalu berasal dari kuliah, sekolah dan buku2 yang kita baca. Bahkan ilmu yang
banyak kita dapatkan justru datang dari kehidupan nyata yang kita alami
sehari-hari. Makanya, kita harus pandai-pandai mengambil pelajaran dan hikmah
dari berbagai peristiwa yang terjadi pada diri kita dan juga peristiwa di
sekeliling kita. Maka, ketika kita bertanya, apakah ada hubungan antara logika
dan takdir, maka jawabnya adalah ada. Apa hubungan yang dihasilkan? Yaitu
adalah ilmu dan hikmah, serta tambahnya iman yang ada di hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar